Artikel Terbaru

Aku ingin menceritakan resahku pada angin. Membiarkan ia meniupnya bersama dedaunan. Membawanya jauh hingga ke ujung lautan. Menjadi buih ketidakmampuan yang tenggelam ke dasar, terlupakan.…

Aku ingin sekali saja menatapmu dalam. Lama. Lama sekali. Lalu hanyut dalam matamu yang hitam. Dan bias cahaya di matamu yang menjadi pengalih resahku. Sembari bercerita apa saja dengan teh diantara kita. Kemudian cahaya kemerahan jatuh ke pipiku, mentari ingin…

Hari-hariku seperti lantunan puisi. Dimulai dari bait ingin, Berakhir pada rima yang tak mungkin. Di matamu aku menyimpan suka. Di hatiku kau menyimpan lara.…

Sejenak aku bercengkrama dengan angin. 80 kilometerperjam yang menusuk dingin. Membahas ingin yang jadi tak mungkin. Penasaranku dibalas oleh lakunya kepada orang lain.…

“Satu-satunya hal yang harus dipelajari pada setiap pertemuan adalah keikhlasan. Karena ia selalu disusul oleh perpisahan, dan pada akhirnya kita memang harus bersedia untuk melupakan atau dilupakan.” – ZFD…