Kalau di tulisan kemarin aku sudah cerita kenapa bisa kembali ngeblog lagi, kali ini aku bakal cerita kenapa lebih memilih blog ketimbang wadah populer lain seperti Medium, Tumblr, media lokal seperti K*mp*siana atau M*j*k, bahkan wadah lain seperti Youtube dan microblogging di Instagram dan Twitter yang belakangan jadi ramai sekali. Walau ada membahas soal ini sedikit juga kemarin, tapi sebenarnya ada alasan panjang kenapa memilih di blog sendiri dan TLD (top level domain) pula yang malah mengeluarkan biaya. Selain yang sudah aku singgung kemarin soal bisa diutak-atik dan jadi portofolio, ada banyak alasan kenapa aku masih memilih blog yang saat ini sudah tidak populer lagi.
Justru hal itu yang menjadikan ngeblog jadi opsi paling nyaman saat ini. Ketidakpopuleran blog mungkin bisa jadi jawaban untuk menuangkan isi kepala lebih bebas. Mulai dari curhat hingga berbagi hal-hal yang aku suka, tidak terbatas pada keharusan ini-itu atau larangan tertentu untuk menulis. Akses yang cenderung sepi ini juga membuatku terhindar dari trolls dan “dirujak online” yang betul-betul membuatku malas dengan iklim media sosial belakangan. Entah orang-orang ini kurang kesibukan atau merasa begitu puas dengan melampiaskan kebencian dalam dirinya dengan memprovokasi dan penghakiman terbuka seperti itu di jagat digital. Padahal beberapa orang hanya ingin bercerita hari-harinya atau apa yang sedang dia rasakan ke media sosial dengan berbagai alasan. Aku sendiri dulu seperti itu karena ingin mengajak orang lain bercerita meski temanku tidak begitu banyak. Lama kelamaan ada perasaan tidak ingin mengganggu mereka lagi hanya untuk mendengar atau membaca ceritaku setiap hari, aku tahu mereka bosan. Akhirnya bercerita ke tidak-siapapun seperti blog ini mungkin bisa jadi katarsis sendiri.
Iklim microblogging juga sepertinya semakin tidak sehat. Harus ini dan itu, angka-angka, berlomba menjadi yang paling dari semuanya. Meski tidak jarang iming-iming cuan di belakangnya terlihat menggiurkan, namun karena pekerjaanku saat ini juga melakukan hal yang hampir sama seperti itu jadi rasanya cukup bosan untuk melakukannya sepulang kerja. Saat pulang aku ingin memilih memanusiakan diri sendiri, menjaga kesehatan mental sendiri. Terdengar klise memang. Jujur, beban dari memikirkan banyak hal belakangan ini memeras begitu banyak tenaga. Aku butuh banyak istirahat, secara fisik dan mental.
Selanjutnya ya sudah pasti namanya di blog sendiri tentu saja tulisan akan naik tanpa alasan. Entah bagus atau jelek. Ini bisa jadi latihan pemanasan buatku yang sudah lama sekali tidak menulis panjang. Terbukti dari tulisan kemarin saja yang jika ku baca ulang pasti menimbulkan reaksi semacam “Loh, kok gini sih?” atau “Lha, ini dihapus saja deh,” dan tidak jarang ada baris-baris yang membuat diriku sendiri geli. Kalau ngomongin M*j*k, sebenarnya aku sangat ingin menulis di sana dan dimuat. Lumayan bisa jadi validasi bahwa tulisanku sudah cukup baik, tapi saat ini mungkin aku perlu melatih urat jari untuk menulis yang benar dan lebih asyik dengan gaya khas di sana. Untuk wadah yang lain bermacam-macam sih, mulai dari keterbatasan kustomisasi sampai terlalu banyak iklan yang membuatku tidak nyaman kalau-kalau dapat hasil pencarian ke halaman itu.
Kalau untuk media lain seperti Youtube atau podcast aku sama sekali belum kepikiran. Kekurangan sumber daya juga jadi alasan paling kuat karena saat ini masih dalam keadaan finansial yang sulit. Ramai orang yang ingin memulai sebagai “creator” pun cuma jadi sesak perebutan lahan validasi demi pundi. Menurutku paling aman dan nyaman untuk saat ini ya memang menulis saja, makanya aku masih memilih merealisasikan blog ini ketimbang.
Perasaan juga sedikit banyak berpengaruh ketika aku memulai blog lagi. Kerinduan waktu masih jadi blogger bersama Blogger Sumut dulu juga terlampiaskan juga. Meski saat ini sudah banyak teman dan kenalan yang blognya padam, salah satu yang masih selamat (meski sudah jarang nulis) ada Kak Helda juga yang diam-diam tetap bertahan menulis walau blognya sudah pernah padam sekali. Kenalan yang lain semasa di Blogger Medan malah jauh lebih banyak yang bertahan sepertinya. Begitupun setelah berjalan-jalan atau kerennya blogwalking ke beragam blog lain yang masih eksis, ada beberapa hal yang membuatku kaget dengan iklim blog saat ini. Mungkin hanya mengikuti tuntutan pasar dan akan aku tuliskan di tulisan berikutnya.
Leave a Reply