Local Wisdoom Vol 4 Poster

Local Wisdoom Vol. 4: Rooftop Cadas yang Mendung

Hampir sebulan setelah lebaran, rasa-rasanya belum ada lagi gigs kolektif yang berlangsung di Medan. Beruntungnya, saat keinginan untuk menulis acara yang diselenggarakan secara kolektif sedang kembali, Local Wisdoom Vol. 4 kembali sebagai acara kolektif yang memecah hening setelah lebaran. Seperti biasanya, hal yang menarik dari Local Wisdoom tentu saja posternya yang semakin  menarik sejak awal muncul. Berbeda dengan yang sebelumnya, kali ini poster untuk Local Wisdoom menggunakan kaki bebek padahal hajatan kali ini bertempat di Komplek Merci (Medan Resort City) yang punya ikon kincir angin. Lalu apa hubungannya acara kali ini dengan kaki bebek? Entahlah, hanya si pembuat poster yang tahu.

Local Wisdoom berlangsung di rooftop Merci 74 Kopi. Meski di lantai 2 ada juga tempat untuk live music, namun sepertinya sang empunya kedai kopi bermain aman. Dua alasan: musik-musik “seperti ini” tidak bisa dinikmati banyak orang apalagi keluarga dan rawan rusuh. Kedai kopi ini sendiri nyaman-nyaman saja kalau sekedar untuk ketemuan atau membawa keluarga bersantai, tapi tentu saja tidak cukup ruang untuk musik keras yang disajikan berikutnya. Tambahan lagi, sebagai kaum yang tidak ramah tangga, Local Wisdoom kali ini menjadi tantangan tersendiri karena acara ada di atap gedung yang terdiri dari 3 lantai. Capek juga.

Bukan acara kolektif Medan namanya kalau tepat waktu. Meski di poster sudah dibuat acara mulai jam 2 siang, aku yang sengaja datang jam 3 lewat saja ternyata sampai saat satu lagu sebelum band pertama selesai. Dispencer menjadi band yang kali ini jadi pembuka. Jarang-jarang, loh! Seperti biasanya, saat ke gigs dan acara kolektif, ada baiknya melipir sejenak ke bagian merchandise dan memantau barang-barang buruan sambil basa-basi ke kenalan dan kawan yang hadir. Yang namanya rejeki, tentu saja akan dapat “jamuan kolektif” seteguk-duateguk. Jangan lupakan teh manis yang kemudian datang setelah menebus tiket. Lumayanlah.

Local Wisdoom Vol 4 dumbies

Penampil kedua di Local Wisdoom adalah Dumbies. Setelah beberapa kali melihat penampilan mereka yang rusuh, ekspektasiku kali ini patah. Meski tetap dengan musiknya yang riuh, cuaca yang sedikit mendung dan angin yang bertiup sepoi-sepoi sepertinya membuat Dumbies yang biasanya lasak jadi lebih kalem.

Local Wisdoom Vol 4 rumbleb
Local Wisdoom Vol 4 biru

Acara semakin memanas setelah Rumblebee niak ke atas panggung. Efek-efek yang berisik namun menjadikan musik yang dibawakan terkesan canggih memacu penonton yang semakin bertambah. Jangan lupakan pistol mainan berwarna kuning yang awalnya membawa tawa namun setelah diracik secara canggih oleh Rumblebee menjadi sesuatu yang membuat beberapa penonton berucap “Waahhh…”.

Biru kembali melanjutkan panas yang dimulai oleh Rumblebee. Meski awalnya dimulai dengan gurauan kalau sang drummer kini berpindah ke gitar, hal ini dibawalah dengan candaan lain yang tidak kalah lucunya. Puncak dari permainan biru tentu saja Sandi yang secara ugal-ugalan meliukkan gitar secara solo. Tidak ingin tanggung-tanggung melakukan aksi panggung ala roclstar, penampilan Biru ditutup dengan gitar yang dibuang keatas atap dan nyangkut.

Local Wisdoom Vol 4 crowd
Local Wisdoom Vol 4 bad culture

Tidak mau kalah dari Biru, Modsa menghantam panggung dengan lagu-lagu yang tentu saja membuat beberapa penonton headbang. Saat lagu dari Black Sabbath bergema, penonton (dan juga tim dokumentasi) langsung saja merapat ke depan panggung. Aku yang sedang istirahat ngudud langsung jiper untuk merapat. Tentu saja karena ngudud dengan angin sepoi-sepoi lebih nikmat.

Cuaca yang semakin mendung dan waktu yang semakin mendekati magrib membuat cuaca makin dingin, Bad Culture tetap bisa membuat suasana makin riuh meski bisa dibilang tidak sepanas Modsa. Namun tentu saja angin yang bertiup berhasil menjadikan rambut sang vokalisbertiup seperti iklan sampo.

Nasib tidak beruntung dialami oleh Dispistos. Di panggung yang seharusnya jadi panggung pertama mereka gagal. Mulai dari salah teknis bass yang suaranya tidak keluar, jeda magrib hingga hujan yang pada akhirnya turun dan membubarkan penonton. Masalah klasik memang, tapi jika saja acara dimulai tepat waktu sesuai poster, bisa jadi acara benar-benar selesai sebelum magrib. Semoga saja Dispistos tidak kapok dan bisa kutonton, entah di Local Wisdoom berikutnya atau di acara lain.

Mailing List

Bergabung dengan mailing list untuk info artikel terbaru langsung dari email.

Posted

in

by

Tags:

Comments

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *