Writing with a fountain pen

Memulai Kembali, Sekali Lagi

Hari ini rasanya ingin memulai kembali di blog ini. Setelah beberapa bulan mencoba beristirahat, perasaan lalu yang menuntut istirahat ternyata tidak habis sampai sekarang. Begitupun patut diakui istirahat dari bermacam media sosial memang punya hal yang menjadikan diri jauh lebih baik. Kecemasan atas penilaian dari orang lain ternyata tidak hilang dengan berhenti. Toh, mau dalam keadaan berhenti atau berjalan saat berkarya, akan ada saja apresiasi dan pandangan miring yang datang. Lantas, kenapa tidak memulai kembali dan berjalan selangkah demi selangkah lagi?

Hal ini yang menyebabkan aku kembali lagi menulis. Tidak apa jika masih menulis sedikit demi sedikit di kolom “jurnal”, sesi yang sengaja diadakan di blog ini untuk berkeluh kesah atau potongan catatan hidup lainnya. Setidaknya menulis catatan-catatan seperti ini bisa memanaskan lagi kemampuan menulis yang aku yakin sudah tumpul setelah sekian lama diam.

Haruskan Menjadi Sempurna?

Hal yang paling mendasar saat memutuskan untuk istirahat menulis kemarin adalah ekspektasi yang salah bahwa hanya dengan mencoba berkarya bisa mendapatkan hasil yang membuncah. Baik dari statistik angka-angka maupun afirmasi dari orang-orang terdekat. Nyatanya, belakangan aku menyadari bahwa tidak ada hal yang seperti itu. Membaca adalah hal paling tidak populer di negara ini dan aku memilih untuk menjadi pelakunya. Penerimaan hal tersebut menjadi hal yang membuatku benar-benar tenang sebelum menulis tulisan ini.

Membandingkan diri dengan bermacam hal (khususnya saat melihat media sosial) patut diakui sebagai masalah yang kadang dibuat sendiri. Kadang ada perasaan janggal saat melihat orang-orang dengan pencapaian yang luar biasa, karir yang bagus atau bahkan teman dan pengikut yang banyak. Sering kali ada banyak “kenapa”, “seandainya” dan “seharusnya” yang muncul di kepala setelah melihat orang lain. Satu hal yang terlupa adalah mereka terus berproses dan menikmati apa yang mereka lakukan sementara aku sibuk untuk komparasi tanpa mengapresiasi diri sendiri. Terlebih lagi, belakangan media sosial menjadi tempat yang cukup disruptif dengan term “si paling” yang membatasi opini, mengesampingkan entah itu opini baik atau buruk.

Selain tentang ekspektasi, hal lain yang selalu membuatku merasa menjadi “kecil” datang dari masa lalu. Menjadi orang yang tidak memiliki penampilan fisik yang luar biasa tentu saja membuat hidup terasa lebih berat. Kenangan buruk tentang bagaimana fisik ini menjadi sarang cacian terasa muncul kembali belakangan saat aku mencoba membuat konten video pendek di Instagram. Meski sudah tidak menampakkan wajah, namun saat melihat hasilnya beberapa kemudian, ada rasa cemas berlebih seakan-akan sedang dicemooh oleh orang lain, meski kenyataannya tidak ada satupun.

Hal-hal seperti ini yang sebenarnya aku coba lalui saat beristirahat cukup lama dan tanpa hasil. Memulai kembali dengan pelan-pelan bisa jadi suatu proses untuk melawan perasaan absurd tadi. Ditambah belakangan ada banyak sekali motivasi-motivasi yang aku temukan dari tempat-tempat yang jauh untuk tetap berproses, termasuk tangan yang kaku setelah iseng mencoba menulis artikel lebih 1000 kata untuk kantor. Karena pada akhirnya, menjadi sempurna adalah kemustahilan dan proses adalah keciscayaan.

Setelah Memulai Kembali, Apa Lagi?

Awalnya, aku memilih untuk sedikit lebih serius dalam dunia tulis-menulis karena menyenangkan. Hingga entah kapan aku menjadi fokus pada kompetisi untuk menjadi lebih dan hal “menyenangkan” itu terlupakan. Hal ini yang kemudian aku ingat lagi saat video dari Mardial terlewat di timeline. Meski berbicara tentang musik, buatku hal ini juga terjadi dalam pengalamanku dengan menulis. Kembali menulis untuk kesenangan lagi rasa-rasanya bisa dicoba.

View this post on Instagram

A post shared by Mardial (@mardialmiuziek)

Meski blog ini banyak diisi oleh niche musik, namun menulis hal yang di luar musik bisa menjadi hal yang cukup segar. Hal yang paling aku inginkan adalah menulis di kolom “Game-ology” yang membahas tentang game dari sisi budaya pop. Niat ini urung dieksekusi berkali-kali karena pada saat ini keinginan untuk berhenti memang sering datang berkali-kali. Jujur mengulas musik juga bisa dibilang hal yang cukup mudah untuk ditulis karena materi yang sudah tersedia, berbeda dengan game yang bisa jadi memerlukan riset yang tidak sebentar.

Semoga, setelah tulisan ini dipublikasikan aku bisa memulai kembali untuk menulis dengan lebih teratur dan tentu saja menyenangkan tanpa merasa menjadi lebih kecil. Karena menulis adalah hal yang menyenangkan dan akan selalu.

Mailing List

Bergabung dengan mailing list untuk info artikel terbaru langsung dari email.

Posted

in

by

Tags:

Comments

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *