I don’t know how to start it. It’s just void.
Terbangun di jam satu pagi memang bukan hal yang lumrah. Tidur yang terlalu cepat tidak bisa dijadikan kemungkinan, hanya berbeda beberapa jam dari jam tidur yang biasa. Mengalihkan pikiran-pikiran lain dengan membaca komik atau bualan lain di Twitter ternyata tidak banyak membantu. Entahlah, belakangan ini kepala rasa-rasanya berat sekali. Bahkan sampai mengabaikan pekerjaan yang seharusnya mulai dicicil dan mulai selesai minggu ini. Hal-hal yang buruk ini aku kira akan mereda dengan pertemuan-pertemuan yang pada akhirnya menjadi akhir-akhir buruk.
Mungkin saja bukan akhir-akhirnya yang buruk. Ekspektasi. Kata orang-orang waspada saja dengan ekspektasi dirimu sendiri. Tapi bagaimana aku bisa berhenti untuk berharap pada kemungkinan-kemungkinan yang lebih baik untuk hidup yang rasa-rasanya semakin menyedihkan? Entahlah.
Love yourself, people said. Hahaha. Konsep gagal ini terus-menerus digaungkan untuk mereka-mereka yang putus asa. Tapi saat si penyakitan ini benar-benar mengaminkan dirinya sebagai ketidakberdayaan, orang-orang akan pergi dan abai. Alih-alih moksa, gerakan mencintai ketidakberdayaan ini lebih tepat disebut sebagai gerakan untuk membakar diri sendiri dengan api abadi. Mungkin para penggaung mencintai diri ini hanyalah luapan sarkastik seperti “Ya, cintai dirimu saja sebab tidak akan ada yang lain. Itulah satu-satunya yang tersisa dari seisi dunia untukmu selain bencana-bencana”.
Bisa jadi, ini derita baik.
Menjadi baik, tidak bermasalah, taat pada hukum dan sebagainya selalu dijanjikan dengan kausa yang baik. Kenyataannya tidak sama sekali. Membosankan, tidak menarik dan tidak berpengalaman hanyalah pandangan-pandangan yang muncul pada “si baik” setelahnya. Butuh banyak tenaga untuk mengurung kebinatangan. Butuh banyak usaha bahkan membangun kurungannya. Namun saat semuanya lepas, ketakutan dan kesialan menyusul. Apakah ini menjadi tanda bahwa sudah begitu terlambat untuk selamat sebagai peran-peran yang jahat? Sungguh begitu banyak permintaan untuk menjadi manusia yang memanusiakan.
Epitaf.
Sungguh, kalau kau tidak betul-betul ingin kencan atau mencari romansa jangan memberi rasa dalam pertemuan-pertemuan. Kalau sekedar ingin cari teman, hujat saja kegagalan pada dirimu sebagai taut yang hilang dalam tatanan sosial.
Leave a Reply