Time and Space – The Boxquitos: Mengawang di Lintasan Waktu
Alasan aku suka sekali menonton gigs lokal, bermain-main di kerumunan dan akhirnya kenal dengan beberapa orang di sana adalah bertemu dengan orang-orang baru yang berbakat dan seringkali membuatku kagum. Salah satunya The Boxquitos yang sempat bertemu beberapa kali sebelum kenal betul di acara Swadaya Lokal pada Februari lalu (semoga pandemi dan ketakutannya cepat berlalu biar banyak gigs lagi). Namun pandemi dan segala hal mengesalkan di tahun ini malah membuat band satu ini memiliki waktu kosong yang cukup banyak hingga lahirlah EP (extended play) perdana bertajuk “Time and Space” dari The Boxquitos.
EP ini sendiri terbilang sangat matang dengan peluncuran video musik dari single berjudul “Cannahanna” beberapa minggu sebelum peluncuran EP ini. “Cannahanna” sendiri sebenarnya sudah dirilis sejak Maret 2018 lalu dan kerap dibawakan di setiap panggung The Boxquitos tampil. Wajar saja karena lagu ini menurutku lagu ini sangat magis dan mampu membuat “sengok” sanking enaknya. Aku semakin bersemangat pada saat tahu musik video ini digarap oleh Roufy Nasution yang dikenal melahirkan banyak video musik dengan ide-ide gila.
Lanjut kepada EP “Time and Space” yang berisi 4 lagu berbahasa Inggris dan 1 lagu berbahasa Indonesia. Impresi awal saat disuguhkan oleh “Cannahanna” yang sudah kubahas sebelumnya. Vokal yang bergema dan mengawang diiringi dengan musik yang perlahan-lahan membius. Tapi tunggu saja kejutan permainan keyboard di setiap reffrain yang bisa membuat kepala semakin tinggi.
Seakan tidak dibiarkan terlalu nyaman melayang, gebukan drum dan permainan keyboard yang lasak di “Time & Space” berhasil mengembalikan kesadaran. Tempo yang cepat dan suara sang vokalis menimbulkan perasaan seperti diburu, entah oleh siapa. Mungkin The Boxquitos ingin menggambarkan realita hidup di lagu ini, habis “sengok” kita bisa diburu. Hati-hati sajalah, friends!
Trek ketiga kembali mengajak kita untuk menikmati EP ini dengan santai. “Light of Joy” hadir dengan lirik yang sederhana dan komposisi gitar yang lebih menonjol. Suara vokal yang lebih “maju” lengkap bersama efek-efek yang muncul membuat perasaan hampa. Lagi-lagi aku diselamatkan oleh permainan drum yang karenanya aku masih bisa sadar dan tidak terseret ambience mengawang yang luar biasa ini.
Trek favoritku di EP ini yang sebenarnya sudah pernah rilis sebagai single di tahun 2017 lalu. Dari intro saja sudah dapat diterka permainan gitar yang ingin memancing adrenalin dan terbukti saat instrumen lain masuk. Vokal yang menyusul semakin menjadikan lagu ini semakin mantap. Sangat cocok menjadi lagu yang mengajak penontonnya untuk kembali sadar dan menikmati riuh kerumunan saat menonton band ini secara langsung.
Satu-satunya lagu berbahasa Indonesia yang ada dalam EP ini, “Terbuai” kembali membuat suasana mendingin. Lirik berisi romantika dengan lirik sederhana ini jujur tidak menimbulkan kesan yang cukup spesial sebagai penutup EP yang manis ini dan bisa dibilang biasa saja.
Sebagai band neo-psychedelic, tentu saja band ini tidak bisa terlepas dari nama-nama seperti Tame Impala, Temples, Kula Shaker dan The Holydrug Couple. Jangan lupakan pula The Beatles yang sepertinya menjadi sosok idola dari sang vokalis yang bergaya ala John Lennon. EP serta band tentu saja ini tidak bisa terlepas dari nama-nama tadi. Namun racikan dari komposisi dan lirik membuat The Boxquitos memiliki rasa khas tersendiri dalam musiknya. Hal yang disayangkan pada EP ini hanya pada penyusunan track list yang kurang tertata dan tidak memberikan kejutan yang berarti di akhir. Komposisi vokal yang di beberapa lagu jadi sedikit mundur dan tersamar di antara instrumen lain. Secara keseluruhan, EP “Time and Space” dari The Boxquitos ini sangat nikmat di telinga dan kepala. EP ini sangat direkomendasikan untuk pecinta musik mengawang-awang dan sobat “tinggi” lain di manapun berada. Jika tertarik dengan band ini lebih lanjut, kamu dapat mengunjungi mereka di profil Instagram.
Leave a Reply