Category: Ulasan

  • Vintage Glasses: Lepas Rindu dengan “Invasi Batas Utara”

    Vintage Glasses: Lepas Rindu dengan “Invasi Batas Utara”

    Ada dua hal yang paling aku rindukan di tahun 2021 ini: offline gigs (yang dinikmati terakhir kali di Local Wisdoom Juni lalu, sembari kucing-kucingan) dan album/EP dengan materi yang sedikit cadas. Ah, rasanya cukup canggung untuk mencetak tebal kata offline di kalimat sebelumnya, betapa kita sudah terbiasa untuk menikmati segala sesuatu secara online belakangan ini. Kembali  ke persoalan kedua, jujur saja buatku tahun ini tidak begitu banyak rilisan yang berkesan khususnya untuk skena Medan. Entahlah, rasa-rasanya tahun ini ada begitu banyak rilisan yang kalau tidak dream pop, ya lagu dengan vokal/instrumen elektronik yang mengawang-awang. Syukurnya, Vintage Glasses (yang lebih sering disingkat Vigess) yang sudah lama…

  • Xcorpio: Siasat Cepat dalam “Get on This”

    Xcorpio: Siasat Cepat dalam “Get on This”

    Meski impresi mengagumkan dan keinginan untuk mengulas album ini sejak awal perilisannya, namun beragam jungkir balik selama pandemi asu ini membuat ulasan album “Get on This” dari Xcorpio (beserta puluhan judul tulisan lain) terpaksa nangkring berbulan-bulan sebagai draft. Begitupun aku masih ingat betul dengan rasa kagum dan terkejut dengan manuver dari Xcorpio yang menjadi kejutan bertubi-tubi di awal tahun 2021 ini. Bagaimana tidak, sejak debut single perdana tepat pada januari tahun ini, disusul lagu kedua pada bulan februari, showcase perdana di Mojo Sip & Dine pada awal maret hingga akhirnya debut album bertajuk “Get on This” di akhir bulan maret. Benar-benar sebuah aksi cekatan…

  • Tarrzankota: Rentetan Diksi Sepanjang Preskripsi

    Tarrzankota: Rentetan Diksi Sepanjang Preskripsi

    Setelah ancang-ancang berjudul “Deidara” sudah lebih dahulu meluncur di kanal Youtube, EP debut dari Naufal alias Opay alias Tarrzankota pada akhirnya terbungkus rapi. Meski sebelumnya beredar artwork kotak obat yang aku duga akan menjadi cover dari EP ini. Setelah diumumkan rilisnya, cover EP ini berubah menjadi isinya: satu strip obat tablet yang isinya dua. Ada banyak maksud jika menduga-duga maksud cover ini, bisa jadi karena komposisi EP ini terdiri dari 6 lagu atau karena dua tablet ini adalah representasi Tarrzankota dan Yosh yang turut serta menggodok EP ini sebagai produser. Sebelum membahas isi EP ini, aku ingin sedikit membahas sosok Tarrzankota ini sendiri. Salah satu…

  • Merangkum Dua Dekade Musik Medan Dalam Arsip Sinar Pagi

    Merangkum Dua Dekade Musik Medan Dalam Arsip Sinar Pagi

    Beberapa hari lalu, Instagram Stories dari beberapa teman yang berkecimpung di ranah skena musik Kota Medan mengunggah ulang (repost) sebuah gambar yang cukup menarik. Foto hitam putih bergambar-entah-apa serta tulisan-tulisan di atasnya yang justru lebih menarik, “Arsip Sinar Pagi”, diikuti dengan rangkaian nama-nama setelahnya. Beberapa nama band “punah”, beberapa yang sedang hiatus (kalau tidak mau dibilang melempem) dan tentu saja rising star di beberapa tahun terakhir. Hal yang terlintas di awal adalah “Mendadak kali bah! Orang gilak mana yang bikin ini?”  Nama yang dipilih pun sejujurnya cukup klise sekaligus catchy. Mengingat orang di luar Medan yang sudah tidak asing lagi…

  • Joe Million: Self-Vandalism yang Moksa Setelah “Sakaratul”

    Joe Million: Self-Vandalism yang Moksa Setelah “Sakaratul”

    Van Gogh, Rembrandt, Kahlo atau sebut saja nama seniman lain (pun selain seni lukis) yang sukses menjadikan self-potrait mereka sendiri sebagai salah satu karya yang banyak dikenal, kemudian masukkan Joe Million di dalamnya. Lebih lagi album ini bisa jadi sesuai dengan judulnya, “Vandal”, bisa jadi album Joe yang satu ini lebih cocok dianggap sebagai “self-vandalism”. Tidak hanya menjadi potret kehidupan seorang Joe Million namun dengan sukarela Joe “mencoreti” kisah hidupnya sendiri dengan rentetan rima dan flow yang tentu saja masih tengil, padat dan membuat kita berujar “Joe, Joe, Joe, Joe. Istirahat dulu Joe! Coba kau ambil minum dulu itu, Joe!”. Akrab…

  • Sajama Cut: “Ear-gasme” Warita Pribadi dalam “Godsigma”

    Sajama Cut: “Ear-gasme” Warita Pribadi dalam “Godsigma”

    Di pertengahan Maret, sebuah surel dari Bandcamp nangkring paling atas meminta lebih dulu dibaca: “Sajama Cut just released Kesadaran/ Pemberian Dana/ Gempa Bumi/ Panasea“. Langsung saja aku mengambil headset dan mendengarkannya tanpa gangguan. Sungguh, perasaan waktu itu sangat segar sekali setelah mendengar track yang satu itu. Ada suatu perasaan rindu yang membuncah dan perasaan senang lain yang mengiring. Rasanya kurang, hanya satu track dan sedikit berharap kalau band indie rock asal Jakarta ini mengeluarkan album bersama lagu ini kemudian. Waktu-waktu berlalu ditambah kesibukan waktu itu yang tidak memberikan porsi untuk mencari dan mendengarkan rilisan-rilisan baru secara khusyuk. Saat blog ini rampung…

  • Katarsis: Anti Standar, Kontra Popular

    Katarsis: Anti Standar, Kontra Popular

    Kalau ada musisi yang bermusik dan merekam album dengan tujuan agar tidak terkenal, mungkin sosok bernama Katarsis ini bisa jadi salah satunya.  Mulai dari pembuatan, distribusi sampai publikasi yang dikerjakan terasa “kentang” dan sedikit malas berujung pasrah. Persis seperti saat mengucap “Ah, yaudahlah” setelah melihat jam dan menyadari diri yang sudah terlambat, entah ke kantor atau kampus. Mungkin ini pula alasan kenapa album ini dinamai sebagai “Proyek Bangun Tidur”. Setelah niat membuat album ini dikumpulkan dengan susah payah, Katarsis memilih untuk tidur atau bersantai dengan membakar rokok dalam proses distribusi dan publikasi. Khas anak kosan yang menikmati hidup dengan cara…

  • Bars of Death: Tidak Ada Nostalgia dalam Morbid Funk

    Bars of Death: Tidak Ada Nostalgia dalam Morbid Funk

    Jirat yang bercetak “Homicide” bertulis tahun 2007 itu pecah. Bangkit untuk mati kembali dengan tubuh baru bernama Bars of Death. Meski beberapa pertandanya,”All Cops Are Gods”, “Tidak Ada Garuda di Dadaku” dan “Radio Raheem” sempat bergentayangan dan mengobati kerinduan bagi para pengikut tubuh lama Homicide. Aku sempat mengira beberapa track yang tetiba muncul dan kemudian hilang lagi itu bak khayalan macam penyintas kurang Risperidone. Tidak menampik racikan dari tubuh lama bernama Homicide menjadi kerinduan tersendiri meski Morgue Vanguard sempat merilis track bahkan album secara solo di tahun 2019. Kenyataannya aku sendiri terlambat untuk menyadari keberadaan album ini sampai pada akhir tahun ini…

  • Tessa: Katarsis Dari Sebuah Kepergian

    Tessa: Katarsis Dari Sebuah Kepergian

    Sebuah surel masuk kala aku menulis beberapa artikel ditengah panasnya Medan. Theresia Steffany atau yang lebih akrab disapa sebagai Tessa, merilis single perdananya yang bertajuk “A Song Before You Go” di beberapa kanal digital pada 25 Februari lalu. Soloist asal Jakarta ini menggarap bersama Adi Tius atau yang biasa disapa Sore Tenggelam dan Luthfi Adianto. Meski sangat sederhana, single ini memiliki alunan yang cukup nikmat dan menenangkan. Repetisi petikan gitar pada beberapa chord, lirik yang sederhana hingga vokal yang mengggema yang membuat lagu ini cocok untuk didengarkan jelang tidur atau dimasukkan dalam daftar putar indie folk lain. Benar-benar layak untuk disandingkan dengan…

  • Kanekuro: Post-Punk Gelap Dengan Nuansa Jepang

    Kanekuro: Post-Punk Gelap Dengan Nuansa Jepang

    Ketika membahas post-punk, maka tidak jarang nama-nama ini akan disebut beserta karya-karya besarnya: The Cure, The Smiths dan tentu saja Joy Division. Tidak jarang pula nama-nama ikonis dari post-punk ini sendiri menjadi bayang-bayang tersendiri bagi sebagian musisi yang mengusung genre ini, takut dibilang mirip apalagi meniru karya-karya dari nama-nama besar tersebut. Namun hal yang berbeda ketika aku mendengarkan EP pertama dari Kanekuro, Inky. Band post-punk  asal Bali ini dengan apik merangkum post-punk, nuansa gothic yang tidak berlebihan serta new wave ala Jepang menjadikan label avant-garde dari sebuah karya bukan hanya isapan jempol semata. Band yang beranggotakan Andre pada bass dan…