Meski impresi mengagumkan dan keinginan untuk mengulas album ini sejak awal perilisannya, namun beragam jungkir balik selama pandemi asu ini membuat ulasan album “Get on This” dari Xcorpio (beserta puluhan judul tulisan lain) terpaksa nangkring berbulan-bulan sebagai draft. Begitupun aku masih ingat betul dengan rasa kagum dan terkejut dengan manuver dari Xcorpio yang menjadi kejutan bertubi-tubi di awal tahun 2021 ini. Bagaimana tidak, sejak debut single perdana tepat pada januari tahun ini, disusul lagu kedua pada bulan februari, showcase perdana di Mojo Sip & Dine pada awal maret hingga akhirnya debut album bertajuk “Get on This” di akhir bulan maret. Benar-benar sebuah aksi cekatan dari Xcorpio yang muncul tanpa basa-basi.
Setelah sempat melihat Xcorpio di beberapa gigs dengan fashion yang terlihat “Gallagher banget” jelas sekali bagaimana Xcorpio menyukai Oasis, hal ini tentu saja membuat album perdananya ini sangat terasa dapat banyak pengaruh dari british pop. Meski begitu, hal-hal kecil seperti distorsi vokal serta detil-detil dari instrumen dan efek elektronik di musik ini membuatku malah mengingat salah satu album dari Arctic Monkeys: “Humbug”. Satu kata yang dapat aku simpulkan sebagai impresi awal album ini: CANGGIH!
Whatever, Xcorpio
Berisi sepuluh lagu, album ini diawali dengan “00.00 AM” sebagai pembuka yang repetitif dan agak membosankan di menit pertamanya namun terbalas di menit berikutnya. Sebuah “perkenalan” yang segar dan jujur membuat impresi yang menyenangkan terhadap sosok Xcorpio dan album ini. Meski di awal kita disuguhi dengan perkenalan yang sedikit menghentak, “Begone” membawa suasana menjadi sedikit muram. Namun ketukan pada lagu ini dan detil-detil di dalamnya membuat lagu ini terasa sangat renyah dan nikmat untuk menemani overthinking di malam hari.
“Get on This” bisa dibilang menjadi jawara di album ini, tidak heran kalau judul ini yang menjadi kemasan utama untuk album perdana dari Xcorpio. Tidak hanya versi yang direkam, namun mendengar Xcorpio membawakan ini secara live membuat lagu ini justru semakin nikmat. Komposisi pada lagu ini punya kesan magis sekaligus futuristik di telingaku. Distorsi vokal, instrumen dan “bumbu-bumbu” detil membuat lagu yang satu ini berhasil memacu bara bagi pendengarnya.
Kembali ke nuansa gelap dan muram, “Scorpio” berisi rapalan amarah untuk selanjutnya dibantai dengan bass line dan synthesizer yang meskipun repetitif namun tidak membosankan. Lagu berjalan sembari pendengar diseret menuju noise yang terkesan creepy. Dilanjutkan dengan “Know Your Enemy” yang menjadi debut single dari Xcorpio. Bass line yang sungguh catchy disuguhkan di lagu ini sampai pada bagian “shut the missions down, down, down…” yang disambut dengan hentakan drum dan synthesizer yang asyik sekali.
“Ghostvernment” bisa menjadi tempat istirahat dari kata-kata. Dengan instrumen yang bernuansa gelap, beberapa sample yang dipadu menjadi sebuah alunan yang tidak repetitif, sekilas alunan instrumental ini membawaku ke beberapa karya dari Bjork di album “Post”. Berbeda dengan beberapa lagu sebelumnya, “Too Loud About You” memiliki tempo yang lambat, vokal yang patah-patah dan pembawaan yang lebih santai.
Menggandeng Chelsea Hadi, “I’m Sorry for The Pain” menjadikan album ini jadi semakin getir selayaknya tenggelam pada duka. Yang patut disayangkan hanyalah komposisi musik di lagu ini yang “kehilangan Xcorpio-nya”. Kasarnya, lagu ini menjadi terdengar seperti lagu pop pada umumnya.
Seakan tidak ingin menutup album ini dengan “cengeng”, “Whatever, Kid” menjadi track yang punya warna yang cukup berbeda dengan lagu-lagu di album ini. Alunan synthesizer justru membuat lagu ini terasa “bitter sweet”. Album ini berhasil ditutup dengan “04.00 AM” yang meski terdengar sederhana namun buatku sendiri lagu ini benar-benar menjadi penutup yang manis, baik untuk album ini maupun di atas panggung.
Simpulan
Satu hal yang paling menarik dari Xcorpio justru saat menyaksikan aksi panggungnya secara langsung. Meski mengisi vokal dalam proyek ini, bukan berarti seorang Bio SW akan meninggalkan drum yang sudah menjadi jati dirinya. Merangkap vokal sekaligus drum menjadi aksi yang terbilang sangat jarang di Kota Medan. Entah disengaja ataupun tidak, bermain distorsi pada vokal sebagai Xcorpio justru menjadi siasat yang cerdas dalam menutupi kestabilan vokal setelah dihantam beberapa lagu di atas panggung.
Meski proses yang terbilang sangat cepat, bukan berarti materi-materi dari album ini terdengar seperti proyek yang terburu-buru dan asal jadi. Hal ini tidak lepas dari sosok di balik Xcorpio, Bio SW yang punya banyak pengalaman di industri musik baik sebagai pemain dan juga produser. Tidak hanya lingkup Medan, Bio SW juga tercatat sempat menjadi pengiring untuk beberapa artis-artis nasional. Matangnya pengalaman ini tentu saja menjadikan album ini dibungkus secara rapi dan untukku pribadi menjadi salah satu album musik terbaik Medan di tahun 2021.
Leave a Reply